Iklan

D'ARCY AOV HD WALLPAPER

R Ayi Hendrawan S
Selasa, 22 Oktober 2019, Oktober 22, 2019 WIB Last Updated 2020-02-14T20:25:40Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini





Tembok Besar Norman berdiri di perbatasan selatan kerajaan layaknya urat nadi naga raksasa.
Sebagai salah satu keajaiban dunia peradaban manusia, tembok itu berhasil menggagalkan banyak serangan dari Beast atau Abyss, dan membuat sang pencipta, D'Arcy, dikukuhkan sebagai penyelamat.
Namun saat ini, sang penyelamat mengalami sedikit masalah. Lengan kanannya seringkali kesakitan di tengah malam setiap hari – sakitnya bukan sekedar sakit fisik, melainkan sakit batin, seakan terkoyak-koyak.
Semenjak kembali dari Void ke Athanor, lengan kanan D'Arcy dijangkiti rasa sakit yang aneh dan menusuk. Selama beberapa saat, dia mengira bahwa itu hanyalah efek sisa pertarungannya dengan guru sebelumnya, Lorion, sang penyihir kegelapan yang terkenal, namun seraya berjalannya pengerjaan Tembok Besar dan semakin beringasnya serangan monster Abyss, semakin menjadi pula rasa sakit di lengannya, seolah ada yang ingin keluar darinya.
Ini bukanlah penyakit biasa.
Mengandalkan penelitian sihir kegelapan selama berpuluh tahun, D'Arcy memanggil kekuatan Void, yang semakin lama semakin dikenalnya, demi menahan sesuatu yang bersarang di lengan kanannya. Namun di pertengahan malam, di saat Abyss dan Elsonor ada di jarak terdekat antar satu sama lain, rasa sakit yang tak tertahankan itu akan muncul.
D'Arcy menjaga rahasianya ini dengan hati-hati, bahkan dari kawan terdekatnya sekalipun, Sephera dan Dirak. Biaya dan usaha yang dikerahkan demi membangun Tembok Besar belumlah membuahkan hasil yang sepadan. D'Arcy harus tetap menunjukkan sikap tegar, agar pihak Legiun Selatan dan kerajaan yakin bahwa dia beserta Tembok Besarnya mampu melindungi dunia manusia.
Tuk, tuk. Suara langkah bot di atas tanah membuyarkan pikiran D'Arcy.
“Siapa di sana?” D'Arcy menutupi lengan kanannya dengan tangan kirinya. Secercah cahaya perak menyala dan meredup.
“Anu...” seakan terkejut dan terintimidasi oleh nada waspada D'Arcy, sang pengunjung diam sejenak sebelum melanjutkan perkataan, “maaf sudah mengganggu Anda, Pak. Saya Errol dan saya bawahan Jenderal Edmond. Jenderal ingin memberi tahu bahwa akhir-akhir ini ada pergerakan tak biasa dari selatan dan akan ada serangan di malam hari. Pasukan sudah disiagakan dan Jenderal Edmond meminta Anda untuk bersiap.”
“Baiklah. Beri tahu jenderal bahwa aku akan datang.”
“Baik Pak. Saya akan segera memberi tahu beliau.”

Jejak langkahnya menghilang di kegelapan malam.
Seraya Errol berlalu, rasa sakitnya pun mereda. D'Arcy agak terkejut – rasa sakitnya hilang lebih cepat dari biasanya.
“Mungkinkah...pemuda itu...”
D'Arcy pernah bertemu Errol beberapa kali bersama Edmond dan secara keseluruhan meninggalkan kesan positif – pemuda itu tidaklah menonjol secara fisik, namun memiliki hati yang baik dan kuat, bukanlah sesuatu yang mudah dijaga, khususnya di lingkungan militer. Dia mengingatkan D'Arcy akan dirinya semasa muda – walaupun Errol merupakan seorang Pemburu Iblis.
D'Arcy biasanya menjauhi diri dari sihir kegelapan untuk alasan yang wajar. Dan para Pemburu Iblis merupakan produk unggulan dari sekolah yang berkutat di sihir itu. Errol bersama temannya, bergabung dengan Legiun Selatan sepenhnya demi membuktikan bahwa mereka telah memutus segala ikatan dengan sihir kegelapan, seperti D'Arcy yang mengalahkan gurunya sendiri, Lorion.
Suara pertarungan memecah keheningan malam. D'Arcy pun bangkit, mengenakan jubah yang dibuatkan pihak Dewan untuknya, dan merapalkan mantera kuno.
Selang beberapa saat, dia muncul di udara, di atas Tembok Besar diiringi Halo keperakan. Dalam sekejap, ledakan sihir kuat mencuat di arena pertarungan seraya kedua pihak yang bertarung, berhenti untuk melihat sosok D'Arcy yang mengancam ini. Namun, gencatan senjata hanya berlangsung sesaat, seraya dimulainya pertarungan kembali, dimana para monster Abyss menerjang melewati hujan panah beserta dinding tombak menuju arah D'Arc, mengabaikan bahaya, seolah ada pancingan yang sulit ditolak.
“Sempurna,” pikir D'Arcy seraya membentangkan lengannya dan memanggil banyak titik cahaya di langit, menyatukan mereka dengan sihir dan memposisikan di tempat yang ditentukan. Dalam sekejap, manteranya selesai disiapkan.

“Rasakan kekuatan Void – Mark of Sealing!”
Seketika, para monster Abyss ambruk seolah dihimpit tangan tak terlihat. Beberapa yang kuat berusaha meronta, namun gerakan meraka terasa lamban dan tak berarti. Yang lemah remuk akibat kekuatan Void.
“Sekarang!” Menyaksikan dari posnya, Edmond berbalik dan meneriakkan perintah pada utusannya, “Pasukan pemanah, tembak! Hujani mereka dengan panah kalian!”
“Baik Pak!”
“Pasukan Kavaleri, bergerak dan hantam mereka dari belakang!”
“Baik Pak!”
“Pasukan infanteri, bentuk formasi menyerang dan ikuti aba-abaku!”
“Baik Pak!”
“Errol!”
“Hah? Oh, baik, Pak!” Pemuda itu tak langsung menyahut, perhatiannya tertuju pada pertarungan yang berlangsung di depan matanya.
“Pemburu Iblis, kalian bisa mulai menyerang – fokus pada monster yang masih bergerak, dan buka jalan untuk pasukan infanteri!”
“Baik Pak!” Errol mematuhi perintah dan segera berlalu.
D'Arcy tak sadar akan segala alur kejadian yang terjadi di bawahnya, dia sepenuhnya fokus melancarkan manteranya. Yang perlu dia ketahui bahwa semua rekannya, kawan seperjuangannya serta teman-temannya, yang telah bersamanya sejak diletakkannya batu pertama Tembok Besar itu, tak pernah mengecewakannya.
“Sekarang – bukalah jalan dengan kedua tanganmu!”

Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+