Iklan

CAPHENY AOV HD WALLPAPER

R Ayi Hendrawan S
Selasa, 22 Oktober 2019, Oktober 22, 2019 WIB Last Updated 2020-02-14T20:25:39Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini





“Boom!”
Sebuah ledakan mengguncang Kazell. Rupanya, Persenjataan Videl menjadi dalangnya seraya menebar bara api yang menerangi langit malam.

Capheny tak punya waktu untuk mengagumi karyanya. Sesosok merah muncul dari bayang-bayang, menguntit tiap gerak-gerik Capheny.
Enam bulan lalu, Capheny kembali dari studinya di Mildar, bergabung dengan Videl Institute, tempat kedua orangtuanya bekerja. Purwarupa yang dia bawa pulang, bersama dengan teknologi Exoskeleton-nya membawa solusi atas permasalahan suplai tenaga untuk proyek OICW. Selain itu, hal itu pun membuka jalan terbentuknya produksi massal.
Videl Military Industries merupakan perusahaan terbesar yang bergerak di bidang industri militer di Confederation. Kegiatan produksi dan penjualan senjata secara ketat diatur oleh hukum federal yang bertujuan agar hasil produksi dapat dipergunakan di perang secara sah dan semestinya. Walau demikian, selalu saja ada pihak tidak bertanggung jawab yang mengabaikan aturan seperti itu — bagi mereka, aturan hanyalah halangan kecil, yang bisa diabaikan demi mencapai tujuan jahat mereka.
Capheny tak pernah membayangkan bahwa proyek OICW didukung oleh organisasi radikal, “Shadow Hand”, atau bahwa orangtuanya merupakan bagian dari organisasi tersebut. Organisasi itu menyokong proyek OICW agar mampu membangun pasukan militer yang kuat, yang dapat digunakan untuk membunuh secara massal. Target pertama Shadow Hand adalah Mildar, tempat Capheny menimba ilmu. Kota itu merupakan rumah para ahli perakit, seperti Moren dan pabrik rakit mapan, sumber daya yang begitu bernilai di mata Shadow Hand.
Saat akhirnya dia mengetahui kenyataan yang sesungguhnya, Capheny disekap oleh orangtuanya sendiri. Capheny tak tahu apakah mereka membiarkannya hidup karena masih menganggap dirinya sebagai anak mereka, atau apakah demi memanfaatkan ilmu yang dimilikinya. Apapun alasannya — yang terpenting adalah bahwa dia masih hidup, dan jika dia masih hidup, dia memiliki peluang untuk menyelamatkan diri. Membongkar kunci dan bertarung hanyalah beberapa keahlian yang diperolehnya di Mildar.
Namun, senjata favoritnya adalah senjata api. Mengendap-endap ke pusat produksi berkat bantuan kartu aksesnya yang masih aktif, dia berhasil mencuri mesin purwarupa dan melepaskan kekuatan penghancurnya ke mesin yang masih dirakit. Hal itu dirasa menjadi cara yang lebih cepat dan efektif untuk menghentikan rencana jahat dibandingkan mengandalkan hukum beserta investigasinya yang memakan waktu dan tak tertutup kemungkinan untuk tak membuahkan hasil.
Tentu saja, rencananya ini bukan tanpa halangan. Ada hal darurat lain yang harus dikhawatirkannya selain pelanggaran hukum federal, yaitu sosok merah yang sedang mengejarnya. Capheny tak perlu menengok ke belakang untuk merasakan sosok yang jahat dan menyeramkan.
Capheny tertuju pada Mildar tanpa menyadarinya. Di sana, dia dapat bertemu dengan sosok yang dianggapnya teman di dunia ini, orang-orang yang mampu meredakan rasa sakit akibat terpisah dari kedua orangtuanya dan rumahnya — rumah yang tak akan pernah dikunjunginya lagi.
“Belum lelah?”

Dengan tawa kecil, sosok merah itu melompat ke depan, menyusul Capheny.
Rambut merah tua panjang menutupi setengah wajah wanita yang pucat itu. Kedua matanya pun berwarna merah cerah, sosok yang menakutkan di bawah sinar rembulan. Namun, yang terasa lebih menyeramkan adalah pecut yang digenggamnya, yang menari di malam gelap layaknya kobra yang mencari mangsanya.
Seandainya orang tua Capheny ada di sana, mereka bisa memberi tahu siapa sosok tersebut: Veres, sang pembunuh dari Shadow Hand yang sedang naik daun.
“Kau tak akan bisa menangkapku hidup-hidup — satu langkah lagi dan aku akan mengaktifkan sistem penghancur diri mesin ini!” kata-kata Capheny terdengar berani, namun jantungnya berdegup kencang, nafasnya terengah-engah. Andaikan dia mendengarkan saran Wisp, yang menyarankannya untuk memasang sistem peledak diri di mesin tersebut. Ironinya begitu terasa, bahkan di saat menegangkan ini.
“Tenanglah. Bukan kau yang aku incar.”

Veres, di lain pihak, mengabaikan ancaman Capheny.

“Aku hanya ingin bertemu orang yang menyelesaikan pekerjaan membosankan itu.”
“Apa?”

Capheny kehilangan kata-kata. Tak diragukan lagi, Veres berasal dari Shadow Hand — wanita yang membawa simbol organisasi itu bersamanya, seperti halnya orangtuanya.
“Aku berhutang padamu, jadi aku tak akan membunuhmu — kali ini. Kesepakatan yang bagus, kan?”

Veres tahu bahwa Capheny bukanlah anggota organisasi. Dan tak mungkin rasanya Quillen mengutus agen lain selain dirinya. Jelaslah bahwa Capheny merupakan musuh organisasinya.
Namun Veres tak terlalu mempedulikannya. Capheny telah membantu menyelesaikan pekerjaannya. Dan, lagipula, tak ada yang melihat.
“Ingat — lain kali kau tak akan seberuntung ini.”

Veres melambaikan tangan dan menghilang di kegelapan malam.
Capheny jatuh terkulai lemas. Dia terduduk, keringat dingin membasahi punggungnya. Dia terlalu muda untuk memahami sisi gelap dunia politik, ataupun merasakan adanya konflik internal yang berkecamuk di Shadow Hand yang tersirat dari perkataan Veres.
Hanya satu yang ada di pikirannya.
Pulang. Kembali ke Mildar. Kembali ke dunia yang cerah itu, yang jauh dari kegelapan.

Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+